Senin, Februari 21, 2011

Revolusi PSSI

Sebagai pecinta sepakbola, saya sedikit sedih dengan prestasi sepakbola bangsa ini. Iri rasanya menyaksikan Negara yang baru merdeka tapi sudah berlaga di ajang Piala Dunia, tapi tidak adil sekiranya kita membandingkan Indonesia dengan Spanyol atau Belanda karena memang Merekalah yang mengajarkan sepakbola kepada kita. Tapi dilihat dari level Asia saja, apa trofi yang kita miliki? Tidak ada kan? Memang kita sudah 4 kali jadi runer-up piala AFF, tapi dalam sepakbola hanya nomer 1 yang juara dan yang lain hanya pecundang. Memang runer-up piala AFF itu sudah merupakan pencapaian yang sangat luar biasa karena Brazil dan Argentina saja tidak pernah menjadi runer-up piala AFF.
Dengan minimnya prestasi seperti itu wajar jika saya mendambakan adanya Reformasi menyeluruh terhadap PSSI sebagai induk sepakbola negara ini. Mungkin harapan itu muncul ketika PSSI akan mengadakan pemilihan ketua umum baru. Dengan harapan ditangan ketua umum yang baru pembinaan sepakbola serta kompetisi dalam negri bisa dibenahi, bosan rasanya lihat liga yang katanya super tapi justru tidak bermutu dan menggerogoti uang negara. Tapi dan lagi-lagi tapi kini harapan tinggalah harapan, Dengan dicoretnya George Toisuta dan Arifin Panigoro maka hanya tinggal 2 calon ketua umum yang tersisa dan keduanya menurut saya adalah orang lama yang gagal, maka harapan itu sirna. Bagaimana tidak, dalam dua periode kepemimpinan Nurdin Halid tidak ada satupun Trofi yang kita dapat, jadilah Timnas sebagai tim spesialis hampir juara.
Melihat kenyataan seperti itu saya berpendapat Revolusi Sepakbola Nasional tidak bisa melalui jalur resmi atau Kongres PSSI. Menurut pendapat saya untuk merevolusi Sepakbola Nasional maka kita harus membesihkan PSSI dari kepengurusan lama, kepengurusan orang-orang yang gagal.

Pertanyaanya sekarang bagaimana membersihkannya? Hanya 1 cara, Gembosi PSSI dengan memboikot semua produk PSSI.
Mulai dari masyarakat, aparat kepolisian dan pemerintah harus bersatu. Bagi masyarakat tidak menonton langsung liga Super ataupun liga Tiphone, wong Timnya sudah didanai pakai uang rakyat kok kita mau nonton saja suruh mbayar. Aparat keamananpun bisa berpartisipasi dengan tidak memberikan ijin pertandingan kedua liga tersebut, daripada terus-terusan dituduh sebagai pemicu kerusuhan mending tidak diberi ijin skalian. Dan Pemerintah khususnya pemerintah daerah harus menstop alokasi APBD untuk sepakbola, lebih baik dialokasikan untuk membangun Sekolah, Rumah sakit atau menaikkan gaji Guru dan tenaga medis daripada menggaji orang asing hanya untuk menendang bola. Dengan kata lain kucilkan sepakbola untuk beberapa saat.
Jika itu dilaksanakan mungkin akan membuat pengurus PSSI sadar dan mau memperbaiki diri. Tentusaja semua itu ada resikonya karena setiap perubahan itu memerlukan pengorbanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang mau komentar, kritik, saran atau mau ngasih makanan dipersilahkan.